Kau bukan Kalin. Kalin yang hidup bersama bibinya setelah kepergian dua orang tuanya dan berprofesi sebagai penjual karcis Busway itu akhirnya berkenalan dengan Lando—sang fotografer yang menderita penyakit kronis. Perkenalan yang kemudian mengantarkan Kalin menjadi bintang iklan ternama. Perkenalan yang membuat Kalin pun terpesona pada Lando, dan akhirnya tak berlanjut, walau kemudian diketahui tersisa perasaan yang nyaris sama di antara keduanya. Namun….
Film UNGU VIOLET yang berkisah tentang Kalin (diperankan Dian Sastro) pun menyisakan kesan, yang memberi inspirasi pada seseorang untuk menuangkan kenyataan dan perasaannya. “Saya nyaris seperti Kalin, memang beda, tapi ada kesamaannya,” ujarnya. “Tapi Kamu bukanlah Kalin…!” batinku.
"Hidup adalah kembara. Kembara untuk merajut mimpi dan mewujudkannya menjadi nyata. Hidup adalah kembara tanpa akhir."
Tuesday, August 30, 2005
Wednesday, August 03, 2005
Coelho, Fayyoum, dan Mesir Sebagai Ardlul Hadlarah
Fayyoum. Saya mengenalmu ketika Coelho berkisah tentangmu. Berkisah tentang seorang insan yang dengan kemauannya mengejar ambisi menggali harta karun yang konon dituturkan berada di kota tersebut. Legenda pribadi yang senantiasa ia pegangi dan turuti menyusuri impi dengan segala prahara yang diyakininya pasti terjadi. Kisah tentang impi yang pasti terpenuhi selama kemauan untuk menggapainya kekal menemani. Dan Santiago, anak manusia yang mengawali karir sebagai penggembala domba itu, pun mewujudkan mimpinya. Ia pun menyulap impinya menjadi kenyataan. Menyusuri sahara dengan segala tantangan yang dihadapi, melewati piramid yang berada di Giza, Santiago akhirnya mendapatkan harta karun itu.
Tuesday, August 02, 2005
Perpustakaan Iskandariyah: Pesona Peradaban Mesir
Dua puluh lima hari berlalu sejak saya pertama kali menginjakkan kaki di bumi kinanah, Mesir (7/7/05). Sejumlah perpustakaan di kota Kairo telah saya kunjungi. Begitu juga sejumlah toko buku ternama saya datangi. Banyak buku yang telah saya temukan, namun tidak semuanya kuasa saya dapatkan. Terbatasnya dana menjadi satu-satunya ganjalah. ”ketimbang tidak sama sekali, yang saya dapatkan lebih dari sekadar cukup,” batin saya menghibur diri. Namun masih tersisa dalam benak, keinginan untuk mengunjungi sebuah perpustakaan bersejarah, dan tentunya paling representatif di Mesir: Perpustakaan Iskandariah. Berharap untuk mendapatkan apa yang saya cari melengkapi survey bibliografis tentang studi ilmu Al-Qur’an, keinginan untuk mengunjungi perpustakaan bersejarah itu semakin menjadi-jadi. Maklum, niat utama ziarah saya ke kota seribu menara itu adalah penelitian pustaka studi ilmu Al-Qur’an di Mesir. Tentu saja, sasaran utama penelusuran itu adalah perpustakaan, di samping toko-toko buku terkemuka di Mesir.
Subscribe to:
Posts (Atom)