Wednesday, September 11, 2002

MET ULANG TAHUN

Tak ada yang istemewa lalui hari ini. Sehari menjelang usiaku yang ke-24, ku sempatkan diriki sedikit merenungi masa laluku untuk kemudian rencanakan masa depanku. 24 tahun yang lalu, tepatnya 12 September 1978, aku hadir menyapa alam dengan tangis yang tak seorangpun dapat memahaminya. Saat ini, ku hadir dalam wujud (setengah) dewasa yang masih telusuri identitasnya: identitas yang tak kunjung matang. Karakter kekanak-kanakan itu masih warnai sosokku yang pada dasarnya sudah mulai memikirkan masa depan. Entahlah. Tapi ku menyadari bahwa inilah produk mentalitas yang selalu mau bergantung dan tidak mau mandiri. Kemandirian, sebagaimana sering aku tegaskan, salah satu wujud proses pendewasaan diri, kesiapan untuk memikirkan sendiri apa yang sejatinya dilakoni dalam hidup. Ini bukan berarti menafikan orang lain dalam memutuskan persoalan, melainkan sebagai sikap tidak mau tergantung dan bergantung kepada mereka. Mereka adalah mitra, kawan, sahabat dalam menapaki hidup, bukan tumpuan hidup itu sendiri. Tumpuan hidup itu ada pada diri kita sendiri: kita sendiri yang matang. Tidakkah kau menyadari bahwa usia 24 tahun adalah usia yang tidak lagi muda? Tidakkah kau renungkan berapa banyak waktu yang kau sia-siakan dalam hidupmu? Haruskah kau ulangi kegagalan masa lalumu pada saat mendatang? Jawabannya ada pada dirimu: dirimu yang sadar, yang dewasa, yang matang. Buktikan! And get your ambition. Pass your days away to make your dream comes true. Happy birthday!
Pojok17
21:57
11 September 2002

Friday, September 06, 2002

Kemandirian Sebagai Modal

Kemandirian bagiku adalah bagian dari pencarian eksistensi diriku. Eksistensi untuk menjadi siapa Aku sesungguhnya. Di tengah tumpukan ambisi dan ketidak seimbangan ‘hidup’ ini, ku dapatkan diriku menapaki lorong berbatu nan terjal dengan tepian jurang yang curam. Tertatih-tatih menapakinya, kupaksakan sisa tenagaku tuk gapai, walaupun tidak keseluruhan, cita-citaku. Memang sungguh mengasikkan dan sekaligus mengerikan. Tapi, apakah aku harus menghindar dari hambatan itu? Bukankah lorong itu tak selalu lurus dan datar? Bukankah keindahan sebuah pertualangan tidak terletak pada ketunggalan kenyataan dan pemandangan yang ditemui, tetapi pada beragam kenyataan dan pemandangan yang mengawal pertualangan itu? Sesekali aku terdampar dan pada kali lain aku tegar. Itulah lukisan kehidupan yang saat ini aku, atau orang lain, lalui. Build new expactation and reach your future.

Pojok 17
00:07
06 September 2002