Monday, January 11, 2010

Isu-Isu Polemis dalam Diskursus 'Ulumul Qur'an di Mesir Kontemporer

Kajian mengenai Al-Qur’an dan disiplin ilmu yang menopangnya menjadi perhatian yang cukup memikat. Selain karena Al-Qur’an merupakan kitab suci yang dipedomani oleh penganutnya, juga karena Al-Qur’an menyisakan banyak misteri yang membuat orang terpikat dan tertantang untuk mengkajinya. Posisinya yang demikian penting inilah yang memikat perhatian yang demikian besar sejak era Rasulullah Saw hingga kini. Perhatian itu diwujudkan dengan pencatatan Al-Qur’an ketika untuk pertama kalinya disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw kepada umatnya, pembukuan menjadi mushaf, penafsiran, dan perumusan disiplin keilmuan dalam kajian Al-Qur’an. Manifestasi perhatian yang luar biasa ini terwujud dengan melimpahnya karya-karya kesarjanaan yang berupaya membentangkan kandungan maknanya (tafsir), di samping karya-karya inteletektual seputar ‘ilmu bantu’ dalam memahami Al-Qur’an. Ilmu bantu yang dimaksud adalah ‘ulumul Qur’an.

Saturday, January 09, 2010

Perlukah Islamisasi Sains?

Tersirat bahwa ketika membincang persoalan Islamisasi sains diam-diam kita berupaya melakukan naturalisasi nilai Islam dalam sains di satu sisi, dan pengakuan bahwa sains nyata-nyata tidak bebas nilai di sisi lain. Artinya, kita mengakui bahwa sebenarnya ada endapan-endapan nilai Barat dalam sains itu sendiri, dan untuk menetralisir nilai-nilai Barat tersebut, kita memerlukan nilai-nilai Islam yang dicobamasukkan dalam sains. Jika demikian kenyataannya, maka saya berpendapat bahwa dalam kata Islamisasi sains itu sendiri terkandung kontradiksi dalam istilah, contradictio in terminis. Kontradiksi yang dimaksud adalah seolah kita mengukuhkan asumsi sebagian besar kalangan yang mencoba menarik jarak antara agama dan sains. Dan di sinilah sebenarnya kita diam-diam mengabsahkan pertentangan antara agama dan sains.

Thursday, January 07, 2010

Tradisi Repetisi dalam Pembelajaran di Pesantren

Dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya, pesantren memiliki keunikan sendiri. Pola belajar-mengajar sepanjang waktu dengan menjadikan kitab kuning sebagai bahan ajarnya merupakan salah satu dari sejumlah keunikan lembaga pendidikan tua ini. Kitab kuning yang menjadi bahan ajarnya pun nyaris seragam dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Ditengarai itu karena kesamaan ‘asal-usul’ intelektual para pendiri pesantrennya, yang ujungnya juga berdampak pada perjumpaan kurikulum antar pesantren.