Thursday, June 12, 2008

Menjadi Santri (4)

Mengaji Kitab Gundul

Setelah tiga tulisan pendek tentang menjadi santri saya posting, lalu saya terdiam. Tak lagi mampu menuliskan pengalaman masa lalu itu. Tiba-tiba saja saya terlupa kisah ketika 18 tahun yang lalu saya meresmikan diri untuk menjadi santri. Banyak yang saya alami, tapi banyak pula yang saya lupa. Memori masa lalu itu telah terlapisi banyak hal, bahkan banyak 'beban'. Sehingga ia tertindih tanpa mampu terungkap lagi.

Genre Baru Intelektual NU


Jika dulu mencari sarjana di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) ibarat mencari es di tengah malam, maka kini fakta itu telah berubah. Booming intelektual yang terjadi di lingkungan NU, utamanya di penghujung tahun 80-an, menjadi fakta baru di lingkungan komunitas yang secara pejoratif dilabeli tradisional, sarungan, dan pemuja takhayul, khurafat, serta bidah. Diversifikasi pengetahuan yang dimiliki komunitas pesantren ini menandai era baru dalam gerakan intelektual dan gerakan sosial di lingkungan NU. Apa yang disebut dengan gerakan sosial dan intelektual baru ini memilih jalur kultural sebagai paradigma gerakannya.

Tuesday, June 10, 2008

Telah Lahir Bidadari Kecilku






بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillah telah lahir anak kami yang pertama dengan selamat pada Rabu, 21 Mei 2008/15 Jumadil Ula 1429 H jam 05:50 WIB
نايفة أرفه نجاة
NAYEVA ARFAHNEJAT (NEIVA)

Mohon doa semoga panjang umur, sehat, sejahtera, menjadi anak shalihah, dan selalu diberkati Allah

Kami yang berbahagia
Ahmad Fawaid & Ulya Fikriyati

Ikut berbahagia
Keluarga A. Sjadzili Hasan &
Keluarga Fathur Rohman

Pesan Toleran Al-Qur'an



Menegaskan bahwa teks agama berperan signifikan dalam membentuk corak keberagamaan penganutnya merupakan suatu hal yang niscaya. Dalam konteks Islam, Al-Quran menjadi teks fundamental yang menempati ruang istemewa di kalangan pemeluknya. Sayangnya, pengistemewaan itu kerap diwujudkan dalam bentuk “persembahan simbolik” kepada Tuhan dengan pahala sebagai pemuasnya, atau bahkan dijadikan sebagai media yang dipertontonkan di hadapan khalayak dalam setiap ritual keagamaan. Al-Qur’an hanya ditampilkan dan diperkenalkan sisi keindahan dan keajaibannya, sementara kandungan maknanya nyaris dilupakan dan terlupakan. Al-Qur’an tak ubahnya benda antik yang terus diabadikan dalam museum dan kemudian ditempatkan dalam ruang hampa. Ia menjadi teks yang terlepas dari konteks sejarahnya.