Saturday, January 24, 2004

Kalau Saja Kau Tampung Perasaanku

Sesaat...Ketika denyut nadi lintasi semak-semak.
Dan bekas jejak itu demikian nayata. Bagaiaman kuhapus sejarah pengembaraan itu.
Sesaat...Ketika impi kugantungkan di atas singgasana sana.
Dan diam-diam sebuah bayangan menyambarnya. Bagaiamna ia berkelit darinya.
Sesaat...Ketika bisikan ombak iringi langkahmu. Dan ia pun membanjiri perasaanmu.
Bagaimana kau membendungnya.
Memang, kesesaatan bukanlah keabadian. Bila kesesaatan itu seringkali hadir,
tidakkah ia menjadi keabadian?
Memang, kesesaatan bukanlah keabadian. BIla kesesaatan itu tak kunjung sirna,
bukankah ia menjadi keabadian?
Mungkin saja tidak. Tapi, kalau saja kau tampung perasaan itu,
linangan air mata teramat pelik kuendapkan.
biarkan kuberharap, kesesaatan tetaplah menjadi kesesaatan.
Yang tak pernah berubah menjadi keabadian.
Biarlah ia hanya igauan, dalam kantuk yang tak kuasa ku tahan.
Kini ku harus melangkah. Melampauai kesesaatan
dan impikan keabadian. Yang kucipta dalam sadar
Bukan dalam impi yang melalaikan.